Pangeran Diponegoro dikenal karena
memimpin Perang Diponegoro atau perang jawa (1825-1830) melawan pemerintah
hindia-belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling
besar dalam sejarah Indonesia.
Perang
diponegoro berawal saat pihak belanda memasang patok ditanah milik diponegoro
di desa tegalrejo. Beliau muak dengan kelakuan belanda yang tidak mau
menghargai adat istiadat masyarakat setempat dan juga menindas rakyat dengan
kerja rodi dan pembebanan pajak. Sikap diponegoro yang menentang belanda secara
terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat.
Pada
tahun 1827, belanda melakukan penyerangan terhadap diponegoro. Belanda berhasil
menjepit pasukan diponegoro di magelang. Akhirnya pangeran diponegoro
menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya
dilepaskan. Maka , pangeran diponegoro ditangkap dan diasingkan ke manado,
kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di benteng Rotterdam tanggal 8
januari 1855.