Minggu, 27 September 2015

KISAH TERJADINYA YOGYAKARTA

            Di pulau jawa bagian tengah terdapat kesultanan Yogyakarta dan Surakarta. Pada zaman dulu kesultanan ini menjadi satu dengan nama mataram. Waktu itu ibukota mataram adalah kertasura. Kertasura terletak sekitar 10 kilometer sebelah barat Surakarta (solo). Tahun 1742 kerajaan mataram jatuh karena sebuah pemberontakan. Raja yang memerintah waktu itu adalah susuhunan pakubuwono II. Raja dan seluruh anggota keluarga kerajaan melarikan diri ke Surakarta (solo).
            Pusat pemerintahan pun beralih ke Surakarta. Waktu itu kerajaan mataram belum pulih benar. Raden mas said melancarkan pemberontakan. Sebenarnya raja mas said adalah kemenakan dari raja sendiri. Kerajaan mataram menjadi kacau balau. Pangeran mangkubumi mengajukan diri membantu mengatasi kekacauan. Pangeran mangkubumi adalah adik raja sendiri.
            Bantuan pangeran mangkubumi tidak disetujui seorang pejabat kerajaan. Pangeran mangkubumi merasa kecewa. Dia bergabung dengan raden mas said.
            Di bawah pimpinan raden mas said pasukan pemberontak menyerbu Surakarta. Raden mataram merasa terdesak. Raja kemudian meminta bantuan colonial belanda untuk meredakan pemberontakan. Pemberontakan itu dapat digagalkan berkat bantuan tentara colonial belanda.
            Pada tahun 1752 pemberontakan berkobar lagi. Pemberontakan berakhir dengan diadakannya sebuah perjanjian pada tanggal 15 februari 1755. Namanya perjanjian giyanti. Bardasarkan perjanjian itu kerajaan mataram dibagi menjadi dua,mataram Surakarta hadiningrat dan mataram ngayogyakarta hadiningrat. Susuhunan pakubuwono III menjadi raja mataram Surakarta hadiningrat. Pangeran mangkubumi menjadi raja mataram ngayogyakarta hadiningrat. Sebagai raja ia bergelar sultan hamengkubuwono I.
            Untuk sementara sultan hamengkubuwono I tinggal di ambar ketawang. Ia mencari tempat yang cock untuk mendirikan pusat kerajaan. Para punggawa akhirnya menemukan sebuah hutan. Namanya garijitawati. Letaknya tidak jauh dari desa beringin. Disinilah kemudian didirikan pusat kerajaan. Tapi, kerajaan yang baru ini belum memiliki nama.
            Pangeran mangkubumi dipercaya sebagai jelmaan dewa wisnu dalam wujud khrisna. Sebelumnya, dewa wisnu pernah menjelma menjadi sri rahma. Raja sri rahma tinggal di kerajaan ayodya. Karena itu, cocok jika kerajaan baru ini diberi nama ayodya. Atau sering disingkat sebagai yodya.

            Para pengikut mangkubumi berharap kerajaan baru ini aman,tenteram,damai, dan sejahtera. Inilah sebabnya nama yodya kemudian ditambah dengan kata karta, artinya serba baik. Demikianlah, kerajaan yang baru ini diberi nama yodyakarta. Dalam perkembangan selanjutnya, orang lebih mudah menyebut kerajaan ini dengan nama Yogyakarta.