Di pulau jawa bagian tengah terdapat
kesultanan Yogyakarta dan Surakarta. Pada zaman dulu kesultanan ini menjadi
satu dengan nama mataram. Waktu itu ibukota mataram adalah kertasura. Kertasura
terletak sekitar 10 kilometer sebelah barat Surakarta (solo). Tahun 1742
kerajaan mataram jatuh karena sebuah pemberontakan. Raja yang memerintah waktu
itu adalah susuhunan pakubuwono II. Raja dan seluruh anggota keluarga kerajaan melarikan
diri ke Surakarta (solo).
Pusat
pemerintahan pun beralih ke Surakarta. Waktu itu kerajaan mataram belum pulih
benar. Raden mas said melancarkan pemberontakan. Sebenarnya raja mas said
adalah kemenakan dari raja sendiri. Kerajaan mataram menjadi kacau balau. Pangeran
mangkubumi mengajukan diri membantu mengatasi kekacauan. Pangeran mangkubumi
adalah adik raja sendiri.
Bantuan
pangeran mangkubumi tidak disetujui seorang pejabat kerajaan. Pangeran mangkubumi
merasa kecewa. Dia bergabung dengan raden mas said.
Di
bawah pimpinan raden mas said pasukan pemberontak menyerbu Surakarta. Raden mataram
merasa terdesak. Raja kemudian meminta bantuan colonial belanda untuk meredakan
pemberontakan. Pemberontakan itu dapat digagalkan berkat bantuan tentara colonial
belanda.
Pada
tahun 1752 pemberontakan berkobar lagi. Pemberontakan berakhir dengan
diadakannya sebuah perjanjian pada tanggal 15 februari 1755. Namanya perjanjian
giyanti. Bardasarkan perjanjian itu kerajaan mataram dibagi menjadi dua,mataram
Surakarta hadiningrat dan mataram ngayogyakarta hadiningrat. Susuhunan pakubuwono
III menjadi raja mataram Surakarta hadiningrat. Pangeran mangkubumi menjadi
raja mataram ngayogyakarta hadiningrat. Sebagai raja ia bergelar sultan
hamengkubuwono I.
Untuk
sementara sultan hamengkubuwono I tinggal di ambar ketawang. Ia mencari tempat
yang cock untuk mendirikan pusat kerajaan. Para punggawa akhirnya menemukan
sebuah hutan. Namanya garijitawati. Letaknya tidak jauh dari desa beringin. Disinilah
kemudian didirikan pusat kerajaan. Tapi, kerajaan yang baru ini belum memiliki
nama.
Pangeran
mangkubumi dipercaya sebagai jelmaan dewa wisnu dalam wujud khrisna. Sebelumnya,
dewa wisnu pernah menjelma menjadi sri rahma. Raja sri rahma tinggal di
kerajaan ayodya. Karena itu, cocok jika kerajaan baru ini diberi nama ayodya. Atau
sering disingkat sebagai yodya.
Para
pengikut mangkubumi berharap kerajaan baru ini aman,tenteram,damai, dan
sejahtera. Inilah sebabnya nama yodya kemudian ditambah dengan kata karta,
artinya serba baik. Demikianlah, kerajaan yang baru ini diberi nama yodyakarta.
Dalam perkembangan selanjutnya, orang lebih mudah menyebut kerajaan ini dengan
nama Yogyakarta.